Lobster paliat mahal (rumah makan paliat part 2)



Pada artikel sebelumnya kami sudah membahas tentang ikan patin santan yang nikmat dan sukses membuat kolesterol kami meningkat. Namun sebenarnya saat itu, mata kami agak terganggu dengan tetangga meja yang memesan makanan yang tidak biasa dengan ukuran yang tidak normal pula. Lobster! kami cukup terkejut ada lobster di sini.

Kami sangat ingin memesan menu yang sama, tapi karena keterbatasan waktu, maka dengan segala rasa ngiler yang tertahan kami palingkan mata kami dan tetap berusaha fokus pada ikan patin yang sudah ada di hadapan kami. Yang seperti pada artikel sebelumnya kami nilai enak, sangat enak.

Hari berikutnya kepala ini masih saja terngiang dengan lobster yang kami lihat kemarin. Tanpa babibu akhirnya kami putuskan menuju ke rumah makan paliat dengan menunggu tumpangan dulu, menyebalkan! Singkatnya kami sudah di lokasi dan segera memesan menu yang sudah bikin ngiler.



Ini adalah surga, jika anda berpikir kami berlebihan maka anda benar. Tapi ini memang sangat menggoda. Tidak mau hanya memandangi saja,  kami langsung habisi sampai hanya tersisa kulit lobster dan tulang patin saja. Ya! Kami pesan patin lagi. Lobster ini adalah lobster air tawar, bukan air laut. Jadi sebenarnya kami masih ragu ini lobster atau udang. Yang jelas bentuknya seperti itu, lihat saja di gambar. Layaknya udang dengan ukuran lobster. Lobster ini disajikan sama seperti ikan patin, yaitu dengan santan yang gurih dan segar ala paliat. Lobsternya lembut dan nikmat, kecuali kulitnya yang keras.

Menu ini dilengkapi dengan sambal yang tidak terlalu pedas dan terasa segar, lagi-lagi dicampur dengan jeruk. Juga ada sayuran rebus sejenis “lompong” kalau di Jawa. Kami secara pribadi tidak terlalu suka. Ada satu yang menarik di menu pendampingnya, yaitu sejenis cempedak digoreng dengan tekstur lembek dan bumbu asin (banget) yang mereka sebut mandai. Kami tidak suka. Tapi semua tergantung selera.

Bagaimana dengan harganya? Mahal? Memang tidak bisa kami bilang murah, tapi menurut kami relatif. Lobster ini kami tebus dengan harga Rp 100.000,- Ditambah dengan ikan patin dan makanan pelengkap lain menjadi sekitar Rp 140.000,- dan anda dijamin susah berdiri karena perut yang penuh. Atau mungkin juga karena jadi malas untuk berjalan menuju kasir.

Jika anda belum baca artikel sebelumnya. Kami sedang mencoba makanan di rumah makan paliat yang berada di Tabalong, Kalsel. Baca artikel sebelumnya.

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Banjar vs Nasi Jawa (sama-sama nasi)

Bakso pentol Banjarmasin